Benarkah ACCOUNTING & FINANCE Department hanya sebuah SUPPORT CENTER (service center) dan COST CENTER?. Salah satu fungsi data keuangan adalah sebagai sumber data analysis dan pengendalian keuangan serta kinerja. Jika tahu bagaimana cara membuatnya berfungsi maksimal, sesungguhnya data keuangan memang pantas untuk menjadi top priority dalam keseharian kerja kita di accounting & finance. How?


DO WE “REALLY” KNOW HOW TO UTILIZE’em to a maximum level?

Atau (bahasa politic yang popular):

Apakah kita tahu bagaimana “memberdayakan” fungsi accounting dan keuangan sampai ke tingkat yang maksimal?

Dengan mengetahui arti penting dan tahu cara mem-fungsi-kan data-data yang begitu di-confidential-kan oleh perusahaan manapun, kita akan tahu bagaimana mengumpulkan (collecting), mengakui (recognizing), mengklasifikasikan (classifying), melaporkan (summarizing & reporting) dan……jangan lupa menganalisa (analyzing) & pengendalian (controlling) dengan lebih baik, dan menjadikan data-data accounting menjadi sumber informasi yang paling akurat, dapat di handalkan, menjadi cost-cutter leader, dan….

Dan ujung dari itu semua, akan membuat accounting/finance dept:

[-]. Menjadi salah satu department yang paling disegani (if not scaring).

[-]. Tidak lagi menjadi bahan cibiran bahwa Accounting/Finance Dept tak lebih dari sebuah “Support Center” dan “Cost Center”.

[-]. Tidak lagi hanya dibaik-baikin kalau mereka (read:pegawai lain) akan minta cash advance (=cash bon?).

[-]. Tidak lagi dianggap departemen yang hanya (excuse my french) “makan gaji buta” karena setiap hari kerjanya hanya di belakang computer memindahkan mouse pointer dari ujung screen atas kebawah - keatas lagi - kebawah lagi dari jam 9 am sampai jam 5 pm.

[-]. Tidak lagi menjadi prioritas terakhir dalam rencana kenaikan gaji pegawai.


So you wanna questioning me “How?”

Kunci dari semua itu adalah bagaimana kita dapat mengubah image “accounting—hanyalah—support-cost center” menjadi “Accounting—sebagai—Lead Center”. Information center that other department can’t life without, sumber data yang membuat department lain bahkan the whole organization tidak bisa bekerja tanpa accounting & finance dept.

That sounds daunting eh?, or too good to be true?, but lets talk about this a bit more and go to the details later.

Sebelum saya lanjut ke bagian “what?”, “why?”, dan “How?” –nya, saya akan bercerita sedikit mengenai pengalaman pribadi saya terkait dengan topic ini.

I don’t mean to insult anybody (party) for whatsoever. Tidak bermaksud menyinggung, no, tolong jangan di salah artikan. Samasekali di luar context itu. Ini adalah topic ilmiah, dan saya hanya ingin berbagi pengalaman, sharing opini, yang sukur-sukur kalau bisa menambah wawasan berpikir, membesarkan hati, memberi semangat, atau memberi inspirasi? Amin!

Suatu sore-petang, few years ago (kalau tidak salah di awal tahun 2003-an), selepas jam kantor ada acara makan bersama, termasuk semua manager dan assistant dari bagian lain tentunya.

Selesai makan, tentu masih ada sisa waktu santai untuk berbincang-bincang sambil menghabiskan minuman, Hingga kami terlibat obrolan seru (yang bagi saya adalah mengasik-kan) karena topic-nya tergolong ilmiah.

Berikut adalah obrolan kami waktu itu. Pembicara saya singkat menjadi intial huruf dari sebuah jabatan (karena saya belum minta ijin beliau-beliau untuk memuat namanya di sini).

MM = Marketing Manager
PM = Production Manager
WSM = Warehousing & Shipping Manager
HRM = HRD Manager
RDM = Research & Development Manager
FC = Financial Controller

(Yang terlibat obrolan waktu itu hanya: HRM, PM, WSM & MM dan FC, sedangkan RDM sudah pamit pulang duluan, obrolan dimulai oleh HRM….)

[HRM]: Pak FC, thanks sudah men-treat kita-kita, sekaligus congratulation untuk gaji pertamanya, semoga betah bergabung dengan kita-kita.

[FC]: You’re welcomed, thanks for supporting.

[PM]: Dan mudah-mudahan ini bukan gaji pertama sekaligus gaji terakhir ya pak…:P

(Sulit ditangkap apa maksudnya, tapi “a weird statement indeed”, sambutan yang hangat saya pikir :-) ).

[FC]: Wah kenapa begitu?, maksudnya bagaimana?

[PM]: Begini pak FC, Accounting Manager yang dahulu, hanya bertahan 1 bulan, nah saya berharap accounting manager yang sekarang lebih baik dari itu.

[FC]: Mengapa bisa begitu?

[PM]: Mungkin beliau (Accounting manager yang dahulu) menyadari posisinya?

(Lagi-lagi statement pak PM sulit untuk dipahami)

[FC]: menyadari posisinya?, maksudnya?

[PM]: Yah…. bagian keuangan (Accounting/Finance), kan hanya support center yang cenderung ke cost center lah ya….

(Wah mulai hangat suasananya. Tetapi menarik, topic beralih ke “Performance Audit”, salah satu topic favourite saya).

[FC]: I see…… so….?

[PM]: Nah kalau kita-kita kan targetnya jelas, prestasi jelas bisa diukur

[FC]: I see… wah bagaimana tuh cara mengukurnya?

[PM]: Makin banyak volume produksi, makin berprestasi…

[FC]: Quality?

[PM]: Kalau masalah quality, mengacu ke AQL saja

(AQL= Accepted Quality Level, nama standarisasi untuk mutu product, dimana jumlah barang tidak lolos Quality Control tidak boleh melebihi percentage tertentu yang telah ditentukan oleh Quality Assurance Association).

[FC]. Kalau PLT? how good do you improve that?

(PLT = Production Lead Time = Lamanya waktu penyelesaian pesanan)

[PM]: zzzz….. (mengisap rokok tanpa menjawab)

[FC]: Kalau MM, bagaimana mengukur prestasi Marketing Dept?

[MM]: Kami Revenue Center, ya jelas dari SUM OF SALES lah

(Sum Of Sales = Total Penjualan dalam USD/IDR)

[FC]: Customer Satisfaction?, Conversion Rate? Rasio antara new order dengan repeat order? Bagaimana?

(Conversion Rate dalam marketing = rasio calon pelanggan dan pelanggan musiman yang bisa di-convert/diubah menjadi pelanggan tetap)

[MM]: :-) (Cuma nyengir)

[FC]: Kalau HRM & WSM bagaimana mengukurnya?

[HRM]: ;-) (Cuma nyengir)

[WSM]: Kalau saya sih, makin banyak barang yang bisa selesai di-packing dan di berangkatkan makin bagus.

[FC]: Fungi? Moulding? Ground handling?, L/C discrepancies? custom clearance?

(Sepi sesaat…….sampai ketika….ini bagian yang penting diperhatikan)

[PM]: Kalau FC gimana caranya mengukur prestasi bagian keuangan?, bukannya nanti ujung-ujungnya toh mengeluarkan uang, dan tidak mungkin menghasilkan uang, bukan?

(wah lumayan pedas…)

[FC]: Mengukur prestasi bagian keuangan… sebagai support center yang cenderung cost center……(dengan nada menyindir) makin sering saya dan anak-anak accounting/keuangan menemukan anda-anda itu melakukan fraudulence (korupsi dan penyelwengan) atau melakukan aktivitas yang tidak effisien dan merugikan, ya makin berpretasi.

[PM]: pak FC bercanda, yang pegang uang kan anda, bukan saya, bagaimana saya bisa korupsi?

[FC]: pak, corruption & fraudulence itu bentuknya bisa macam-macam, korupsi waktu, menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi, insider trading (perusahaan dalam perusahaan), me-redirect customer keluar rantai penjualan kita, data theft, information theft, supplier brabe, dan 1001 bentuk lainnya.

[PM]: Apakah itu suatu prestasi?, apakah itu menghasilkan pendapatan?

[FC]: Yang dibutuhkan oleh perusahaan bukan pendapatan, bukan jumlah (volume) produksi, bukan juga penjualan (sales), bukan jumlah container yang bisa di shipped-out. Yang dibutuhkan perusahaan adalah “PROFIT”, “VALUE ADDED”.

[MM]: Hubungannya dengan korupsi, penyelewengan & effisiensi?

[FC]: Profit & value added tidak hanya bisa diperoleh dengan meningkatkan volume produksi dan nilai penjualan, tetapi juga bisa diperoleh dengan menekan cost, meningkatkan effisiensi, mencegah kebocoran. Tanpa itu, semua product yang dihasilkan maupun dijual adalah kesia-siaan.

[PM]: Tetapi waktu kita kuliah, rasanya yang menjadi tolak ukur prestasi production dept hanya jumlah (volume) product yang dihasilkan, makin banyak makin bagus. Apakah pak FC sudah lupa itu?

[FC]: Benar sekali, tetapi approach seperti itu berlaku dahulu waktu industry dan usaha masih “Product oriented” dimana sources (sumber daya) masih melimpah, rasio supply-demand masih kecil, jumlah permintaan masih lebih besar dibandingkan jumlah product yang tersedia dan competition masih sangat rendah. Tetapi di masa sekarang ini, di era kompetisi yang begini ketat, dan sources yang semakin berkurang, usaha sudah harus “Market Oriented & Profit oriented.


Nah sampai di sini saya penggal bentuk percakapannya. Berangkat dari mini serie derama tadi, kita akan ulas dan bahas “How to broaden and maximize the accounting/finance function” atau bahasa politic kita di Indonesia “Bagaimana memberdayaken bagian accounting & keuangan”, yang sebenarnya juga saya intisarikan dari penjelasan panjang lebar saya terhadap colleagues saya waktu itu.

Maximizing (baca:memberdayakan) fungsi accounting dan keuangan kuncinya adalah MELIHAT GAMBARAN OPERASIONAL PERUSAHAAN SECARA KESELURUHAN, see the big picture, the whole process, dari awal siklus hingga akhir dan kembali ke awal lagi. Dari gambar besar, baru kita masuk ke bagian-bagian kecilnya yang lebih detail.

Misalnya:

[-]. Untuk perusahaan jasa : dimulai dari kegiatan perancangan dan perencanaan penjualan jasa, marketingnya, proses pembuatan contract jasa, proses penyerahan jasa beserta follow-up-nya, proses pembayaran beserta follow-up-nya, hingga client meminta jasa kembali untuk yang kedua kalinya, kontrak baru ditandatangani dan seterusnya.

[-]. Untuk perusahaan dagang: dimulai dari kegiatan promosi, pemesanan barang ke vendor (supplier), menerima pesanan barang, hingga barang diserahkan….dan seterusnya sampai proses promosi kembali.

[-]. Untuk perusahaan manufaktur (industry): mulai dari proses research & development (penelitian dan rancang—bangun), promosi dan marketing, proses penjualan, perencanaan produksi, proses produksi, barang di serahkan (dikirimkan), proses pembayaran (penagihan), repeat order (back order), hingga proses research development kembali.

Dengan memahami keseluruhan proses operasional dari awal hingga ke awal lagi, akan membuat kita lebih waspada dan peka (aware) terhadap semua aktifitas operasional perusahaan.

Dan pemahaman alur operasional perusahaan diintegrasikankan (integrating) dan disinergikan (combining), dan laverage dengan:

[-]. Aktifitas pengendalian

direalisasikan dengan;

[-]. Audit keuangan dan audit kinerja

adalah kunci dari pemberdayaan accounting/finance department. Kedua hal tersebut menurut saya adalah pilar untuk dapat memberdayakan accounting/finance department, yang artinya; accounting/finance dept hanya bisa disegani dan dihargai dengan semestinya apabila dapat melaksanakan “minimal” kedua fungsi tersebut secara maksimal.


Pengendalian (Controlling) - Sekilas

Membandingkan antara apa yang dipahami dalam proses operasional dengan realisasi transaksi mungkin akan membuat kita terkejut dan terkaget-kaget, menemukan banyaknya perbedaan, penyimpangan dan keanehan yang terjadi. Berangkat dari data itulah proses “cost-cutting (pemangkasan cost/biaya) approach" dan bentuk pengendalian lainnya dirancang dan diterapkan tentunya.

Essence dari pengendalian adalah memastikan semua sumberdaya perusahaan (keuangan & manusia) dipergunakan secara effisien guna dapat mencapai tujuan perusahaan (Company’s objective), yang secara umum tentunya menghasilkan GAIN (keuntungan dalam berbagai bentuk) yang maksimal.

Contoh: (dari percakapan di atas)

Dikatakan oleh production manager [PM] bahwa prestasinya diukur dari jumlah (volume) product yang dihasilkan. Tahun kemaren berhasil memproduksi 10,000 unit, tahun ini bisa memproduksi 15,000 unit.

Apakah itu sudah prestasi?, kalau iya, berapa besar prestasinya jika di convert ke rupiah/dollar?. Sudahkah semua fasilitas, peralatan, mesin, tenaga kerja dan raw material dipergunakan dengan tingkat efficiency yang maksimal?. Berapa nilai tambah (value added) yang telah diberikan kepada perusahaan dari setiap unit product yang dihasilkan?

Tingkat effisiensi tentunya dapat diukur dengan cara membandingkan antara cost/expense yang timbul dengan nilai product yang dihasilkan. Sedangkan nilai tambah-nya (value added) diukur dengan membandingkan antara Gross Margin (GM) periode sebelumnya dengan Gross Margin saat ini. Selisih itulah merupakan realisasi value added yang berhasil dibuat (sebuah prestasi) untuk periode ini. Penilaian tingkat effisiensi dilakukan dengan jalan melakukan “Audit Keuangan”, disinilah accounting/finance department mengambil peranan, MENJADI LEADER.

Kesimpulan:

Menjadikan volume (jumlah) product yang dihasilkan sebagai ukuran prestasi adalah sebuah tanda tanya, “a premature contribution recognition”, mengakuan kontribusi yang terlalu dini, masih perlu diukur lebih jauh lagi.


Audit Kinerja (Performance Audit) – Sekilas

Salah satu perwujudan dari aktifitas pengendalian adalah audit kinerja, yaitu mengukur dan menilai kinerja semua element (personal) perusahaan, mulai dari level yang paling bawah hingga ke level yang paling atas.

Tujuan utama dari audit kinerja (audit performance) adalah:

[1]. Memastikan setiap rupiah/cent yang dibayarkan ke setiap personal (pegawai) perusahaan adalah rupiah/cent yang memang benar-benar PANTAS untuk dibayarkan tidak under-paid ataupun over-paid). Kata “pantas” disini bermakna 2, yaitu:

(a). Pegawai/pekerja memang telah menerima angka yang wajar diterima sebagai hak atas kontribusi yang diberikannya kepada perusahaan.

(b). Jasa kerja yang diserahkan oleh pegawai (pekerja) memang sudah setimpal dengan kompensasi (gaji/upah, incentive, uang lembur, uang makan, dan bentuk reward lainnya) yang diterimanya.

Intinya adalah membandingkan setiap rupiah/cent yang dibayarkan untuk tenaga kerja & pegawai dengan setiap jenis kontribusi yang diterima oleh perusahaan.

[2]. Mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah terkait dengan pemberdayaan setiap pegawai, section, department dan perusahaan secara keseluruhan agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal ke arah pencapian goal perusahaan.


Kedua fungsi itu sudah merupakan TICKET yang cukup untuk dapat memberdayakan accounting/finance department. Dan itu semua hanya akan bisa terlaksana apabila kita:

[-]. Betul-betul memahami alur proses operasional perusahaan dengan baik (the more detail, the better it is).

[-]. Memiliki data keuangan yang akurat, dapat dipercaya dan dihandalkan. Sehingga bisa dijadikan data analysis yang akurat, dijadikan navigasi oleh setiap department di perusahaan untuk operasional berikutnya.

[-]. Melakukan analisa dan pengendalian yang ketat atas setiap aktifitas yang ada.

Tentu saja itu bukan pekerjaan yang mudah dan cepat bisa dilaksanakan, diperlukan:

[-]. Kesungguhan
[-]. Consistency dan persistency

Di posting saya yang lainnya nanti, mungkin kita akan bahas mengenai : BASIC ANALISA LAPORAN KEUANGAN, yang mudah-mudahan bisa dijadikan bekal dasar untuk bisa memberdayakan accounting/finance department ditempat kerja masing-masing dimasa-masa yang akan datang.

Apakah benar accounting/finance departement hanya merupakan SUPPORT CENTER dan COST CENTER? Well tergantung, apakah accounting/finance sudah bisa melakukan fungsi-fungsinya atau belum.

Selengkapnya...

Mulai besok, di blog ini akan ditambahkan category baru, yaitu: Accounting untuk Manager. Category baru ini akan khusus berfocus mengenai bagaimana memahami akuntansi lalu mengubah pemahaman tersebut menjadi dasar pertimbangan dan alat pengambilan keputusan strategis bagi para manager semua bagian (Marketing Manager, Production Manager, HRD Manager, dan manager-manager lainnya).




Sungguh di luar dugaan, posting saya mengenai: Pengendalian (Audit Kinerja: Accounting Support Center?) mendapat antusias (baca: membuahkan responses) yang begitu tinggi dari para manager di luar accounting & keuangan. Begitu banyak saya menerima e-mail dari para manager non-accountant, yang ingin tahu bagaimana caranya memahami accounting dan mengubah pemahaman tersebut menjadi dasar dan alat pengambilan keputusan-keputusan strategis mereka sehari-hari maupun untuk jangka panjang, agar dapat memberikan maximum value-added kepada pemilik (owner/stockholder).

Ketika saya berbincang-bincang dengan orang-orang disekitar saya, mereka khawatir jika keinginan saya untuk menambahkan category ini, hanyalah ambisi saya untuk membuktikan bahwa accounting & financial information BUKANLAH (excuse my French) GARBAGE (=sampah).

Jawaban saya: jelas bukan itu alasannya. Saya akan lebih berfocus pada pembahasan, penjelasan-penjelasan dan contoh-contoh mengenai: bagaimana memahami accounting & finance information bagi para manager (manager papaun itu), how to utilize it for strategic decisions on manager’s day-to-day roles, and in long run bisa memberikan nilai tambah tertinggi bagi perusahaan (read: owner/shareholder).


Benar, saya memang akan pelan-pelan revealing (=membeberkan?) kepada reader, bahwa accounting dan keuangan:
[-]. Bukan sekedar memahami angka-angkanya saja.
[-]. Bukan sekedar bisa debit dan credit saja.
[-]. Bukan sekedar perjuangan membuat balance (read:matching) saja.

Jika orang accounting (siapapun anda) memang masih berpikir yang sekedar-sekedar tadi saja, berarti memang benar ”Accounting & Keuangan tak lebih dari rubbish, garbage, sampah”.

Kenyataan-nya, TIDAK.

Accounting dan keuangan adalah informasi terpenting dalam setiap pengambilan keputusan business. Mengapa?

Keputusan apapun yang akan diambil (oleh para manager) akan selalu menimbulkan pengaruh terhadap keuangan, dan informasi keuangan data base-nya adalah Accounting.

Jika dengan extreme saya katakan:

Jangankan keputusan-keputusan strategis, bahkan setiap satu tarikan-hembusan nafas para buruh, staff dan manager di perusahaan (dibagian manapun itu) –pun akan berpengaruh pada keuangan perusahaan!

Apakah Anda setuju? Mungkin sebagian setuju sebagian tidak.

Saya beri beberapa contoh (yang menurut anda mungkin hal spele):

Seorang pegawai harian pergi ke toilet untuk pipis.

Itu sudah berdampak terhadap keuangan perusahaan. Pergi ke toilet sudah berdampak terhadap keuangan perusahaan? mengapa?

Pergi ke toliet artinya:
[-]. Kehilangan 5 menit ( cost = 5/60 x hourly rate)
[-]. Tissue paper usage (hitung sendiri cost-nya)
[-]. Handsoap usage (hitung sendiri cost-nya)

Bagaimana jika jumlah pekerjanya 1000 orang, mereka ke kamar mandi rata-rata 3 x sehari. Berapa cost-nya sehari? Sebulan? 1 tahun buku?. Now you know how much the cost is. Sekarang anda tahu, aktifitas/perilaku se-sepele itupun berpengaruh terhadap keuangan perusahaan.

Sekarang anda bisa bayangkan (jika anda seorang manager) bagaimana keputusan-keputusan strategis anda sudah pasti, jelas, definitely, absolutely 101% damn sure berpengaruh terhadap keuangan perusahaan.

Okay, back to the topic…..

Sekali lagi, dengan category ini nanti, saya berharap (dan akan berusaha) bisa memberikan pemahaman, techniques, strategy dan tactic mengenai bagaimana memahami accounting & informasi keuangan, bagaimana mempergunakannya untuk dasar pengambilan keputusan agar bisa memberikan nilai tambah yang maksimal bagi perusahaan.


Adapun scoop pembahasan nanti akan saya kemas dengan struktur seperti di bawah ini :

[1]. Accounting dan Contex-nya terhadap Perusahaan

Di bagian ini, saya akan berikan pemahaman mengenai accounting, pengaruhnya terhadap, struktur business, shareholder, pengambilan keputusan, Managemenet accounting, Management Controll. Menginterpretasikan laporan keuangan, perspective-nya bagi pengambilan keputusan. Untuk bisa memahami itu semua, saya akan mencoba mengatur pembahasan secara berurut dan systematis melalui sub-sub pokok bahasan seperti dibawah ini:

a). Pengenalan Accounting Roles Bagi Manager
b). Accounting dan Hubungannya dengan shareholder serta struktur business
c). Pencatatan Transaksi Keuangan, dan Batasan Accounting
d.). Management Control, Management Accounting, dan Hubungannya dengan Ekonomi Perusahaan.
e). Interpretative, dan critical perspective dalam accounting dan Decision Making
f). Pembuatan Laporan Kauangan dan framework-nya accounting.


[2]. Mempergunakan Accounting & Financial Information untuk Pengambilan Keputusan (Decision Making), Planning dan Controlling.

Pada bagian inilah saya akan bahas bagaimana mempergunakan Accounting & Financial Information menjadi dasar pertimbangan dan alat pengambilan keputusan strategis. Technique, strategy dan tactic nya akan saya bahas satu persatu berurut kurang lebih seperti dibawah ini:

a). Menginterpretasikan Laporan Keuangan serta Theoritical Alternative-nya
b). Accounting
Untuk Marketing Decision.
c). Accounting
Untuk Operating Decision.
d). Accounting
Untuk Human Resources Decision.
e). Accounting
Untuk Accounting Decision.
f). Strategic Investment Decision.
g). Performance Evaluation untuk Unit-Unit Business.
h). Budgeting & Budgetary Control.


Saya rasa, itu lebih dari cukup.

Wait, sepertinya ada yang berpikir dan berbisik-bisik:

Bagaimana dengan Perpajakan?
Bagimana dengan tutorial accounting yang biasanya?
Bagaimana dengan Export-Import?
Bagimana dengan Tools dan Spreadsheet?

Tenang……Category baru ini (Accounting Untuk Manager) adalah category tambahan. Artinya, posting category ini akan berselang-seling dengan category category yang lain (Acccounting, Perpajakan dan Export Import).

Untuk tools dan spreadsheet, bahkan akan diperbanyak, ditambah ragamnya, akan lebih sering lagi (kalau bisa sekali dalam seminggu akan selalu ada tools, spreadsheet, e-book atau software, yang dibagi-bagikan).

Oh iya, saya juga akan mengundang rekan-rekan yang lain (baik junior maupun senior) untuk berkontribusi di sini dengan memberikan artikel, tips & tricks atau mungkin tools dan spreadsheet, untuk dibagi-bagi disini. Saya masih pikirkan bagaimana caranya dan format-nya.

Mengenai Member Profile, sudah hampir siap untuk di publish, dan masih ditunggu partisipasi rekan-rekan lain untuk berkirim profile.


Akhirnya saya berharap category baru ini (Accounting Untuk Managers) akan menjadi sumbangan yang bisa memberikan nilai tambah bagi siapapun yang membutuhkan atau tertarik untuk mendalaminya.

Selengkapnya...


Pengenalan Accounting Roles Bagi Manager ini akan membahas mengenai perkembangan “accounting roles” dari awal hingga perkembangan terkini, bagaimana accounting akhirnya mempengaruhi “non-financial manager’s roles” terkait dengan penggunaan informasi keuangan. Pembahasan nanti akan mencakup: Accounting, accountability dan Account, Sejarah singkat accounting, The role of management accounting, Perkembangan Terkini Management Accounting.

Posting topic ini saya anggap penting, terutama bagi rekan-rekan yang tidak berasal dari background akuntansi/keuangan. Dengan posting ini, saya berharap rekan-rekan bisa memiliki perspective dan menempatkan accounting dan keuangan dengan semestinya tanpa di-drive oleh pemikiran (read:penilian) yang berlebihan mengenai accounting (neither under-estimates nor over-estimates).

Accounting Untuk Managers, obviously kita akan lebih banyak berbicara (membahas) accounting dari sisi management-nya dibandingkan accounting techniques, akan banyak menggunakan istilah-istilah management. Akan banyak berbicara mengenai agregate dari entitas. Jika anda berpikir di category ini kita akan banyak berbicara mengenai jurnal-jurnal, perlakuan-perlakuan, itu tidak akan ada di category ini. Instead, disini akan banyak berbicara mengenai: strategy-strategy, analyisis-analysis, dan tactic terkait dengan decision-making yang terimplikasi maupun berimplikasi terhadap keuangan, value-added, profit, performance, goal achievement as a management team.

Apakah ini khusus ditujukan bagi mereka yang berposisi manager saja?

Jawabannya: Jelas tidak. Meskipun di category ini tidak membahasa jurnal-jurnal dan perlakuan-perlakuan, mengetahui (kalau bisa mendalami) sisi managerialnya tentu sebuah kemajuan. Belajar mengenai tehnik-tehnik analisa, meng-interpretasikan laporan keuangan untuk kemudian dijadikan alat pengambilan keputusan strategis, isn't that a valuebale knowledge? . Well, intinya jika anda suka belajar, suka improvement, suka progress, tidak mau jalan di tempat, ingin menapaki jalan yang lebih luas dan lapang. Let's go and read on....


Accounting, accountability dan Account.

Businesses exist untuk menyediakan barang (product) maupun jasa (services) ke customers guna memperoleh financial reward (imbal balik/wan-prestasi). Sementara itu, sector public (public-sector) dan organisasi-organisasi nirlaba (non-profit organization) juga menyediakan services, meskipun sumber keuangannya bukan berasal dari customers, melainkan dari pemerintah atau sumbangan dan bentuk charity lainnya.

While this post-series is primarily concerned with profit-oriented businesses, akan tetapi saya percaya most dari principles-principles yang akan dibahas equally applicable untuk sector public maupun non-profit organization.

Saya (mungkin semua orang accounting) menyadari sepenuhnya bahwa “Business is not about accounting”, essensi dari sebuah business bukanlah accounting, definitely not. Business adalah mengenai pasar, orang-orang (suppliers & customers) beserta operasinya (penyerahan barang/jasa).

Akan tetapi, accounting berimplikasi terhadap semua keputusan-keputusan business. Mengapa? Karena accounting adalah representasi dari aktifitas-aktifitas business.

AAA (=American Accounting Association) mendifiniskan accounting di tahun 1966 sebagai:

The process of identifying, measuring and communicating economic information to permit informed judgments and decisions by users of the information”.

Definisi ini adalah penting, karena:

[-]. It recognizes that accounting is a process: that process is concerned with capturing business events, recording their financial effect, summarizing and reporting the result of those effects, and interpreting those results (akan kita bahas di posting-posting selanjutnya).

[-]. It is concerned with economic information: while this is predominantly financial, it also allows for non-financial information (akan kita bahas di posting-posting saya selanjutnya)

[-]. Its purpose is to support "informed judgments and decisions" by users: this emphasizes the decision usefulness of accounting information and the broad spectrum of ‘users’ of that information (akan kita bahas di posting-posting selanjutnya).

While primary concern dari posting-posting saya selanjutnya adalah mengenai penggunaan “accounting information” untuk pengambilan keputusan (decision making), saya juga akan menempatkan perspective stakeholder selaku pengguna informasi akuntansi, termasuk juga: semua, mereka-mereka yang tertarik dan concern mengenai kelangsungan hidup, keuntungan dan pertumbuhan dari sebuah business: shareholders, employees, customers, suppliers, financiers, government and society as a whole.

The notion of accounting baik itu dalam scoop yang sempit (shareholders dan financiers) maupun dalam scoop luas (masyarakat), menjadi debat philosophy yang penting yang akan kita bahas di posting-posting saya selanjutnya.

This debate derives from questions of accountability: to whom is the business accountable and for what, and what is the role of accounting in that accountability?

Boland and Schultze (1996) defined accountability as:

the capacity and willingness to give explanations for conduct, stating how one has discharged one’s responsibilities, an explaining of conduct with a credible story of what happened, and a calculation and balancing of competing obligations, including moral ones”.

Hoskin (1996) suggested that accountability is:

more total and insistent . . . [it] ranges more freely over space and time, focusing as much on future potential as past accomplishment”.

Accounting adalah sekumpulan sistem-sistem dan proses-proses untuk: mencatat, melaporkan dan menginterpretasikan transaksi business.

Accounting menyediakan:
Account (rekening)”, yaitu penjelasan-penjelasan dalam format laporan keuangan mengenai transaksi-transaksi dari suatu perusahaan (organisasi).

Adalah memungkinkan (read:bisa) bagi managers untuk memberikan kepuasan bagi stakeholders (owners, government, financiers, suppliers, customers, employees etc.), jika para manager bertindak (read: bersikap dan berperilaku) untuk kepentingan stakeholders (bukan untuk kepentingannya sendiri). Ini adalah pemahaman mengenai accountability terhadap pihak lain, sebagai sebuah hasil dari bentuk pengabdian manager kepada pemilik usaha.

Accounting is traditionally memenuhi 3 (tiga) fungsi berikut ini:

[-]. Scorekeeping: perekaman (capturing), pencatatan (recording), peringkasan dan pelaporan (summarizing & reporting) kinerja keuangan.

[-]. Attention-directing: menarik perhatian para manager sekaligus memberikan bantuan (read:panduan) untuk menginterpretasikan: kinerja business particularly dalam membandingkan antara implementasi (pelaksanaan) dengan perencanaan.

[-]. Problem-solving: mengidentifikasikan pilihan terbaik diantara alternative action.


Melalui fungsi-fungsi inilah nantinya akan banyak berbicara mengenai roles dari scorekeeping, emphasizing, attention directing, dan problem solving terkait dengan 3 area fungsi manager di bawah ini:

a). Planning: establishing goals and strategies to achieve those goals.
b). Decision-making: using financial information to make decisions consistent with those goals and strategies.
c). Controlling: using financial information to maintain performance as close as possible to plan, or using the information to modify the plan itself.

Planning, decision-making dan controlling khususnya relevan dengan perkembangan business yang semakin di-decentralized ke dalam business-business unit.

Para manager memerlukan informasi-informasi financial dan non-financial untuk mendevelop dan meng-implementasi-kan strategy-strategy:

[-]. Perencanaan ke depan (budgeting),
[-]. Pengambilan kepetusuan mengenai products, jasa, harga dan berapa cost yang akan dipergunakan (decision making using cost information)
[-]. Memastikan bahwa rencana-renacan yang dibuat ter-eksekusi dengan effective sehingga goal perusahaan bisa tercapai (Controlling)

Fungsi-fungsi ini dikenal dengan Managemenet Accounting (Akuntansi Management).


Sejarah Singkat Accounting

Saya tahu, bagi kebanyakan orang (termasuk saya), membaca tentang sejarah adalah sesuatu yang membosankan, akan tetapi adalah ironis berbiacara tentang accounting, tetapi samasekali tidak mengetahui dari mana, dan sejak kapan accounting itu ada (apalagi untuk rekan-rekan yang bekerja di bagian accounting). Tak kenal maka tak suka, untuk itu ada baiknya mengetahui sedikit tentang asal-muasal accounting, topic yang telah dan akan terus kita bicarakan nanti. Tapi saya akan bicarakan tonggak-tonggak pentingnya saja.

Accounting sesungguhnya telah ada sejak 3600 BC (cukup kuno) sperti disampaikan oleh Stone (1969):

In ancient Egypt in the pharaoh’s central finance department . . . scribes prepared records of receipts and disbursements of silver, corn and other commodities. One recorded on papyrus the amount brought to the warehouse and another checked the emptying of the containers on the roof as it was poured into the storage building. Audit was performed by a third scribe who compared these two records”.

Akan tetapi accounting yang kita kenal sekarang ini dimulai sejak abad ke-14 di Italia wilayah Florence, Genoa dan Venice yang didorong oleh pertumbuhan perdagangan maritime dan institusi perbankan.

Bank yang menyediakan fasilitas untuk customer pertama kali dibuka di Venice tahun 1149.

Lombards adalah merchant Italia yang pertama kali mengembangkan scheme peminjaman uang di Inggris pada akhir abad ke-12.

Balance Sheet (Neraca) adalah dokumen yang dikenal sejak sekitar tahun 1400-an, dimana diketahui keluarga “Medicy” telah menggunakan pembukuan untuk pabrik dan penjualan pakaian jadi.

Treaties on Accounting (perlakuan akuntansi) (meskipun terdapat pada sebuah buku mathematic), adalah hasil karya seorang rahib (pendeta) yang bernama “LUCA PACIOLI” di tahun 1494.

Professional Accounting pertama kali diperagakan dan di pergunakan di Venice tahun 1581.


Bahasa Accounting

Banyak bahasa di dalam accounting menggunakan akar bahasa latin.

Misalnya:

[-]. “Debtor” berasal dari kata “debitum” (latin), yaitu sesuatu yang dimiliki.
[-]. “Assets” berasal dari kata “ad + satis” (latin), yang artinya mencukupi. Misalnya: untuk membayar kewajiban.
[-]. “Liability” berasal dari kata “ligare” (latin) yang artinya mengikat (to bind).
[-]. “Capital” berasal dari kata “caput” (latin) yang artinya pemimpin (head of wealth).
[-]. “Account” berasal dari latin computare “to count
[-]. “Profit” berasal dari kata “prospectus” (latin) yang artinya advance atau progress.

Selebihnya, banyak mengadopsi bahas Italia, misalnya:

[-]. “Sterling and shilling” berasal dari kata “sterlino” dan “scellino
[-]. LSD (pounds, shillings and pence) berasal dari “lire, soldi, denari”.

Kiranya saya tidak perlu untuk membicarakan perkembangan accounting lebih jauh lagi (Accounting pada masa revolusi Industri inggris, jerman dan amerika, vatter, Kaplan hingga Chandler).


Accounting Roles dan Perkembangan Terkini.

Akibat stimualsi kerugian yang relevant atau mungkin konsekwensi dari perubahan dunia business yang begitu cepat, management accounting berkembang dan berpindah dari management tradisional (yang concern pada masalah-masalah sempit saja) ke masalah-masalah yang lebih luas dalam kerangka meningkatkan dan mengefisienkan kinerja.

Management accounting is now implicated, to greater or lesser degrees in different organizations, with:

[-]. Value-based Management
[-]. Non-financial Performance Measurement Systems
[-]. Quality Management Approaches
[-]. Activity-based Management
[-]. Strategic Management Accounting

Value-based Management akan dijelaskan lebih mendalam lagi di posting-posting saya selanjutnya, akan tetapi perlu saya singgung sedikit bahwa Value-Based Management adalah teori yang banyak berfocus mengenai “bagaimana meningkatkan nilai dari sebuah business bagi shareholders-nya". Management accounting berimplikasi dalam hal ini sebagai “fundamental role” dari non-financial managers untuk membuat keputusan yang akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan “Business Value”.

Non-financial Performance Measure Systems are a major concern of both accountants and non-financial managers, as they tend to be leading indicators of the financial performance that will be reported at some future time.

Improving the quality of products and services is also a major concern. Disinilah Quality Management Approaches mengambil peranan. Advancement dalam technology produksi dan kebutuhan untuk meningkatkan kinerja dengan mengurangi pemborosan mulai menjadi perhatian, hal ini menggiring dunia business pada management-management tools yang semakin dikembangkan saat ini, diantaranya:

[-]. Total Quality Management (TQM)
[-]. Just-In-Time (JIT),
[-]. Business Process Re-engineering (BPR)

Yang sangat grass saat ini adalah “Continuous Improvement Processes", i.e.: “Six Sigma(SS)" dan “Business Excellence Model (BEM)”.

Management accounting has a role to play in these techniques and non-financial managers need to understand the relationships between accounting and new management techniques!

Activity-based Management adalah approach yang menitik-beratkan dasar-dasar “business-process” yang dibutuhkan untuk mengahasilkan barang atau jasa dan kebutuhan untuk mengidentifikasi penyebab (read:drivers) aktifitas-aktifitas tersebut guna dapat membuat budget dan melakukan control dengan lebih effective

Strategic Management Accounting (saya akan bahas lebih detail lagi posting-posting saya selanjutnya) berfocus mengenai pergeseran perspective accountant (dan non-financial managers) dari “pandangan ke dalam” kepada “pandangan ke luar”, menyadari akan kebutuhan untuk melihat rantai luar business (suppliers and customers) dan mencari jalan untuk pencapaian “competitive advantage”.

Pergeseran dari perspective sempit yang dahulu tentang accounting ke partisipasi yang lebih aktif untuk memformulasikan dan meng-implementasi-kan business strategy, diiringi oleh pergeseran penggunaan set laporan dan analysis keuangan (read:tools) yang dahulu hanya dibutuhkan (read:difungsikan) oleh accountant dan financial manager, kini telah menjadi kebutuhan yang semakin urgent bagi non-financial managers.


Manyadari betapa “Accounting Roles” adalah sangat penting yang di drive oleh pergeseran perspective inilah yang menjadi alasan mengapa non-finacial manager perlu (sangat perlu) membekali diri dengan pemahaman mengenai accounting dan keuangan yang lebih baik. Up-coming post about Accounting for Manager is: Accounting dan Hubungannya dengan Shareholder serta Struktur Business.

Selengkapnya...

Sebelum membahas Accounting, Corporate Finance & Shareholder. Saya mau Tanya: Pernah mendengar istilah ”Market”? Pasti pernah, bahkan bisa mendefiniskannya. Pernah mendengar istilah ”Capital Market (Pasar Modal)”? Tentu sering. Pernah dengar product market? Lalu, jika saya bertanya: Bagimana hubungan capital market dan product market? How are they interlated? Mungkin sebagian ada yang tahu, dan sebagian lagi mungkin tidak tahu, atau tidak yakin tahu. Pernah mendengar Corporate Finance? apakah anda tahu apa hubungan Corporate finance dengan accounting? Lalu apa hubungan keduanya dengan shareholder dan Corporate Finance Strategy? Semua itu adalah penting untuk anda ketahui, apalagi jika anda bekerja dibagian accounting dan keuangan. Terlebih-lebih jika anda seorang Financial Controller, anda wajib tahu mengenai ini. Jika ada yang belum tahu, jangan khawatir, kita akan biacarakan mengenai itu sebentar lagi.



Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai semua itu, saya akan bicarakan sejak awal sekali.....


Shareholders


Sejak abad ke-17, para pelaku usaha mulai memperkenalkan yang namanya LLC (=Limited Liability Company) yang di Indonesia dikenal dengan Perseoran Terbatas (PT), dimana tanggung jawab (kewajiban) pelaku usaha di dalam aktivitas usahanya hanya sebatas jumlah modal (yang diwujudkan dalam bentuk saham) yang ditanamkan saja. Tidak lebih.

Pemilik usaha (read:shareholders) menunjuk seorang director (terkadang beberapa director) untuk mengelola usahanya. Direktur lah yang kemudian mengangkat manager untuk membantunya me-manage usaha yang dikelolanya. Mulai dari membuat perencanaan opersional, pemasaran, sumber daya manusia, accounting dan keuangan, dan meng-execute rencana yang telah dibuat, hingga mengevaluasinya.

Shareholder berkuasa penuh untuk memilih (menentukan) director, menunjuk auditor independent dalam Rapat Umum Pemegang Saham, dan berhak atas laporan tahunan yang berisi kinerja keuangan perusahaan, yang kita kenal dengan Laporan Keuangan.

Okay, terkait dengan accounting & financial market ada 2 macam, yaitu:
[1]. Capital Market
[2]. Product/Services Market

Selanjutnya kita bahas, satu persatu apa itu capital market dan apa itu product/services market. Di akhir pembahasan nanti kita akan memperoleh gambaran hubungan antara capital market dan product market, terkait dengan masalah keuangan.


Capital Market

Capital Market (Pasar Modal) adalah pasar dimana para investor (shareholders) memperjual-belikan saham yang kemudian kita kenal dengan “Stock Exchange (Bursa Saham)”. Di Indonesia so far baru ada 2, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Perusahaan biasanya memperoleh dana (baik initial maupun tambahan) dari shareholders memalui penerbitan saham (equity), terkadang juga dari institusi keuangan yaitu berupa pinjaman (debt). Atas dana yang diperoleh tentu menimbulkan cost. Cost yang timbul akibat penggunaan dana dalam menjalankan usaha (business) ini lah yang disebut dengan Cost of Capital (Beban atas Modal).

Cost of Capital terdiri dari:

[-]. Cost Of Equity, berupa: Dividen dan Capital Growth, yaitu bagian keuntungan yang dibayarkan (read:dikembalikan) kepada shareholders.

[-]. Cost Of Debt, berupa: interest (bunga), yaitu jumlah tertentu (read:price) yang dikenakan oleh pemberi pinjaman (institusi keuangan/financier).


Product Market

Setelah memperoleh dana untuk beroperasi, tentunya perusahaan akan menginvestasikan (read:memutar) dana tersebut pada raw material, sumber daya manusia serta technology guna dapat melakukan jual beli atau serah-terima barang maupun jasa. Inilah yang disebut dengan product market.


Critical Question: So apa hubungan antara Capital Market dengan Product Market?

Hubungan Capital Market & Product Market

Focus dari para pemilik usaha (shareholders) didalam mengumpulkan kekayaan-nya adalah: MEMPEROLEH TINGKAT RATE (COST OF DEBT)YANG TER-RENDAH DARI CAPITAL MARKET UNTUK KEMUDIAN DIINVETASIKAN DENGAN MENGEKSPLOITASI KETIDAK SEMPURNAAN PRODUCT MARKET.

Apa yang dimaksudkan dengan ketidak-sempurnaan product market? yaitu kesenjangan antara supply dan demand pada berbagai sources (raw material, sumber daya manusia, technology and all its circumatnces). Dari sanalah nantinya diharapkan diperoleh selisih, (selisih surplus tentunya) yang kemudian dikenal dengan LABA (profit), yang pada laporan keuangan nantinya akan terakumulasi pada retained earning, lalu dibagikan (read:dikembalikan) kepada shareholder dalam bentuk dividen.

Jika saya gambarkan dengan bagan, hubungan antara capital market dengan product market adalah seperti dibawah ini:


Semua shareholder tentu mengharapkan gain yang tertinggi secara consistent dan continuously baik itu dari equity (berupa dividen) maupun dari peningkatan harga sahamnya di pasar modal dari waktu ke waktu.

Jika perusahaan (dimana dana di invetasikan) berhasil mewujudkan objective (goal) yang ditetapkan oleh shareholder, maka shareholder akan memperoleh gain tertinggi melalui perolehan dividen. Keberhasilan shareholder memperoleh dividen yang tinggi serta kenaikan nilai saham (harga saham) dari waktu ke waktu itulah Pengelolaan hubungan antara perusahaan dengan Capital Market inilah dikenal dengan FINANCIAL MANAGEMENT atau CORPORATE FINANCE. Dan sejak tahun 1990-an accounting roles mengambil peranan yang semakin dominant di dalam menyediakan tools-tools bagi para manager untuk mengambil keputusan-keputusan guna mengahasilkan profit (return) yang tinggi, serta tools dan informasi keuangan yang akurat bagi corporate finance untuk melakukan pengelolaan keuangan (financial management) guna dapat memberikan sharareholder value added (SVA) tertinggi.



Peranan Accounting didalam menyediakan tools bagi pengaturan strategy keuangan dan business guna mencapai maximum shareholder value added sangat penting. Up-coming post adalah mengenai Shareholder Value Added, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan: Apa itu Shareholder Value Added? Mengapa Shareholder Value Added adalah crucial? Bagimana Shareholder Value Added diukur? Apa saja yang mendrive shareholder value added?. Talk to you on the next post!

Selengkapnya...


Analisa Kwalitas Penjualan (sales quality analysis) penting untuk dilakukan. Mengapa? Bagaimana melakukan analisanya? Itulah topic yang akan dibahas di posting ini.

Saat penutupan buku, sering bagian penjualan menanyakan ke accounting: “berapa penjualan kita bulan ini?Obviously mereka ingin tahu berapa besarnya penjualan, dan string (maksud lain) di balik pertanyaan ini bisa bermacam-macam:


[1]. Berapa komisi saya bulan ini (mungkin ini paling penting)
[2]. Berapa incentive saya bulan ini (jika menerima gaji+incentive)

Untuk pertanyaan ini, tentu jawabannya sangat mudah, bukan? Sekali lagi, obviously yang ditanyakan adalah berapa total penjualan bulan ini. Dan jawabannya, anda tinggal melihat buku besar penjualan, atau melihat rekening penjualan (sales) di income statement.

Biasanya si penanya akan lebih puas jika anda mau sedikit membuka spreadsheet, lalu menghitung:

Misalnya:

Penjualan = Rp 100,000,000
Comission = 5% x 100,000,000 = 5,000,000

Lalu dengan cepat anda memberikan jawaban :
”Penjualan total = Rp 100,000,000 dan komisi anda Rp 5,000,000 (potong pajak)”

Jika angka komisinya lumayan besar, tentu si penanya akan tersenyum puas, tetapi jika angka komisinya relatif kecil, mungkin si penanya akan bertanya lebih jauh lagi: ”koq kecil ya?, memangnya bagaimana hitung-hitungannya?, boleh tidak saya dapat printout penjualan?” dan lain sebagainya. Penghitungan komisi yang begitu sederhana menjadi sangat rumit baginya, hingga perlu menanyakan ”bagaimana hitung-hitungannya?” :-)

Tentunya situasi tersebut sudah biasa kita hadapi di accounting.


Sales Quality Analysis

Ilustrasi di atas, adalah schema sederhana, dan yang bertanya adalah sales.

Bagaimana jika yang bertanya adalah Pak Direktur Utama?

Ehem..ehem! (berusaha mengatur tekanan suara supaya mirip direktur) ”Bagimana penjualan kita bulan ini?”.

Pertanyaan pak dirut ini hampir sama dengan pertanyaan dari bagian sales, nyaris sama. Tetapi jika anda jeli, pertanyaan ini susungguhnya sangat berbeda.

Apakah anda akan memberikan jawaban yang sama (total penjualan + komisi)? Atau total penjualan saja?

Jika posisi anda masih clerk atau maksimal bookkeeper, mungkin jawaban sederhana (total penjualan lawan komisi saja) bisa dimaklumi. Tetapi jika posisi anda lebih tinggi dari itu dan anda memberikan jawaban yang sama, percayalah mungkin sampai dua tahun lagi, career anda akan tetap di posisi yang sekarang.

Lalu jawaban apa sebenarnya yang diharapkan oleh seorang direktur utama, tentang sales?.

Pertanyaannya lumayan jelas ”Bagaimana penjulan kita bulan ini?”, diawali dengan kata bagaimana (how?) bukan ”berapa”. So jawabannya jelas bukan total penjualan, melainkan ”good/okay/worst.

Itu saja? tentu tidak, seharusnya diikuti dengan alasan mengapa good, mengapa okay, mengapa worst. Atau lebih tepatnya lagi: how good it is or how worst it is.

Tidak hanya sekedar total penjualan yang ingin diketahui, tetapi yang jauh lebih penting dari sekedar angka (saldo) pada rekening, yaitu : Sales Quality (kwalitas penjualan).

Bagaimana mengukur suatu penjualan apakah itu bagus atau tidak?

Jawabannya adalah : Quality Of Sales Ratio (QOSR).

Bagaimana menghitungnya? it's somewhat simple:

Contoh:

Total Sales periode 01 s/d 30 June 2008 = Rp 100,000,000
Tetapi cash yangbaru diterima baru Rp 40,000,000
So Quality Of Sales Rationya adalah = 40%

Mengapa cash diterima (Cash Received) yang menjadi ukuran?

Ukuran quality dari revenue (yang dalam hal ini adalah sales) selalu ”Liquidity Level” atau “Tingkat Likwiditas”. Yang artinya, seberapa besar sales tersebut bisa direalisasikan menjadi cash. Sekaligus mengetahui seberapa besar potensi resikonya.

Apa resiko dari suatu sales? Ketertagihannya!. Good Debt atau Bad Debt.

Seberapa besar cash yang diterima dibandingkan dengan total sales, itulah liquidity levelnya. Meskipun memang dalam Balance Sheet, piutang (Account Receivable) itu tergolong Current Asset yang lumayan liquid tetapi belum cukup liquid dibandingkan dengan cash.

Perlu disadari bahwa sangat mungkin dari sekian total sales yang masih nyangkut di rekening Account Receivable (dari contoh di atas Rp 60,000,000 masih berstatus AR) tidak bisa ditagih, atau tertagih tetapi jangka waktu realisasinya sangat lama hingga melewati production turnover. Atau tertagih tetapi tidak semuanya.

Catatan: Khusus mengenai analisa piutang kita akan bahas di topic lain.

Okay, mungkin diantara anda ada yang ingin bertanya: “so what is the good percentage?, berapa prosentase QOSR yang bagus?”, jawabannya tergantung:

[-]. Berapa lamanya production turnover
[-]. Berapa Besarnya Net Earning pada periode yang sama.

Lain kali kita akan bahas analisa terintegrasi mengenai Income Quality dan Sales quality. Untuk saat ini cukup itu dahulu.


Advancement Sign!

Mau mendapat better point lagi di mata pak dirut? Mau cepat naik gaji/career? :P just kidding. Maksud saya: "mau memberikan jawaban yang lebih berkwalitas lagi kepada pak dirut?".

Okay, tambahkan jawaban tadi dengan “Trend analysis.

Caranya?

Caranya, mudah:

(QOSR Jan+Feb+March+April+May)/5 dibandingkan dengan QOSR bulan june 2008. Naik atau turun? Jika naik berapa persen kenaikannya?, jika turun berapa persen penurunanya?.

Saya rasa saya tidak perlu jelaskan bagaimana mencari prosentase kenaikan atau penurunan tersebut, bukan?.
Jika ada bertanya ”berapa besar penjualan kita bulan ini?”, maka jawabannya adalah total penjualan (Rp/$ bla bla bla). Jika pertanyaannya ”Bagimana penjualan kita bulan ini” maka jawabannya adalah Analisa Kwalitas Sales (Sales Quality Analysis).

Selengkapnya...